Toar dan Lumimu'ut

TOAR DAN LUMIMU'UT - Minahasa adalah suatu daerah yang terletak di sebelah utara Pulau Sulawesi (dahulu disebut Celebes) di Indonesia. Penduduk menyebut diri mereka sendiri 'Orang Minahasa', sedangkan Minahasa yang tinggal di luar Minahasa menyebut diri mereka sendiri Kawanua, yang berarti ´keluarga´.


Anda pasti sudah pernah mendengar nama Toar dan Lumimu'ut. Di Minahasa sendiri terdapat beberapa patung Toar dan Lumimu'ut.

Ini adalah cerita tentang Toar dan Lumimu'ut. Menurut cerita legenda, nenek moyang Minahasa datang dari Monggolia. Orang-orang Monggolia merupakan sebuah kelompok yang sulit di kendalikan dimana, setelah mereka menyerbu Cina, untuk mencari tempat tinggal. Orang Monggolia yang terkenal adalah Genghis Khan.

Kelompok-kelompok Monggolia berlayar dengan kapal dan tiba di Celebes Utara melalui Philipina. Hal ini menjelaskan mengapa orang Philipina dan orang Minahasa umumnya mempunyai mata yang agak sipit. Mereka (orang Mongol) juga pergi sampai ke dalam Celebes yang sekarang di sebut Tanah Toraja di Celebes Tengah. Disana atap-atap rumah dan bangunan-bangunan tradisional mempunyai bentuk kapal berlayar dengan ikatan simpul yang menunjuk ke arah utara. Disini mereka menggambarkan tentang penyerbu tersebut yang sebagai Tuhan yang datang dari Utara
Menurut legenda, orang Minahasa berasal dari kedua orang ini yang datang ke Celebes bagian utara, mereka adalah lelaki Toar (matahari) dan wanita Lumimu'ut (tanah). Lumimu'ut adalah seorang prajurit wanita, yang dibentuk dari batu karang, dicuci dalam laut, dipanaskan oleh matahari dan disuburkan oleh Angin Barat. Mereka, awal mulanya, berkemah di pulau vulcanic, Manado Tua, dekat tepi laut Minahasa, seberang Manado. Saya mengutip dari legenda oleh Peter J.M. Nas:

"Ibunya sangat cantik. Namanya adalah Lumimu'ut dan dia adalah seorang keturunan tuhan. Kecantikannya yang luar biasa mempesonakan dan awet muda yang dianugrahi kepadanya.
Ketika anak lelakinya, Toar, sudah menjadi seorang pemuda dia meninggalkan ibunya untuk menjelajahi dunia. Lumimu'ut memiliki sebuat tongkat perjalanan yang panjang dan ketika dia mengucapkan perpisahan kepada Toar dia memberikannya sebuah tongkat yang sama panjangnya dan dia memperingatkan nya untuk tidak menikah dengan anggota keluarga; oleh sebab itu dia seharusnya tidak boleh menikahi seorang perempuan yang mempunyai tongkat yang sama panjang seperti miliknya.

Bertahun-tahun lamanya dan perjalan panjang kemudian Toar kembali ke kampung halamannya. Disana dia bertemu dengan seorang wanita muda cantik dimana dia jatuh cinta dan ingin menikahinya. Dia tidak mengenal ibunya sendiri yang memang tetap abadi awet muda, dan dari pihak ibunya sendiri tidak mencurigai sama sekali bahwa pemuda dewasa yang ganteng ini adalah anaknya sendiri.

Sebelum mengambil sumpah perkawinan Toar ingat akan permintaan ibunya ketika dia akan meninggalkannya untuk perjalanan panjang. Oleh sebab itu dia meletakkan tongkatnya di samping tongkat calon istrinya untuk membandingkan panjangnya.

Tetapi selama perjalanan panjangnya dia sudah memakai banyak tongkatnya, sehingga tongkat tersebut menjadi jauh lebih pendek. Sehingga tidak ada halangan lagi untuk nenek moyang Minahasa ini.

Ketika kemudian mereka mengetahui kesalahan mereka, sudah sangat terlambat dan dengan rasa malu mereka meninggalkan rumah kota mereka.

Selama perjalanan mereka, mereka kemudian tiba di Celebes Utara di pulau volcanic di Menado Tua, seberang pantai dekat Manado di Minahasa.

Setelah beberapa waktu kemudian Toar dan Lumimu'ut akhirnya memutuskan untuk pergi ke pantai di benua tersebut. Ketika mereka tiba disana mereka merasa pantai terlalu panas, oleh sebab itu mereka pergi lebih dalam di desa tersebut dan menetap di gunung Tondano dimana iklimnya sejuk dan segar. Disini mereka melahirkan anak-anak mereka dan perlahan mendiami daerah tersebut.

Akhirnya tentu saja anak-anak Toar dan Lumimu'ut menginginkan daerah meraka masing-masing.
Legenda menceritakan bahwa Toar mengizinkan masing-masing anaknya memilih sebidang daerah dan melemparkan batu-batu di jurusan yang berbeda-beda. Dimana batu-batu tersebut jatuh disitulah muncul kolonisasi baru Tonsea (manusia yang suka air), Tondano (manusia yang suka danau), Tombulu (manusia yang suka bulu), Tombasso, Tontemboan (Tompakewa), Toulour, Tomohon. Di legenda tersebut ke-7 tempat ini adalah ke tujuh daerah Minahasa yang kemudian membuat suku dengan kepala sukunya masing-masing (Kepala Suku, Tonaas, Hukum Tua atau Hukum Besar).

Oleh : Roderick C. Wahr
sumber : http://www.theminahasa.net

Suka Artikel Ini? Silahkan Share di Media Sosial Anda :)

Tag : Minahasa
Back To Top