Juara EURO Cup Dari Masa Ke Masa

 JUARA PIALA EROPA


1. Uni Soviet (2) VS Yugoslavia (1) - 1960 (Perancis)

PIALA Eropa pertama kali digelar pada 1960 dengan Perancis menjadi tuan rumah. Kompetisi sepak bola antarnegara Eropa ini hanya diikuti 17 tim. Sebab, Spanyol mengundurkan diri.

Spanyol yang kala itu masih dipimpin diktator Francisco Franco, menolak harus bertandang ke kandang Uni Soviet. Sebab, Soviet merupakan negara yang mendukung Republik Spanyol Kedua pada perang saudara di Spanyol.

Penolakan Spanyol tersebut mengurangi persaingan. Pada gelaran pertama Piala Eropa ini sudah dilakukan sistem pertandingan dua kali atau kandang-tandang.

Namun, putaran final di Perancis baru dilakukan di babak semifinal. Babak ini akhirnya didominasi negara-negara komunis. Hanya Perancis yang menjadi negara nonkomunis yang tampil di semifinal. Tiga negara lain adalah Uni Soviet, Yugoslavia, dan Cekoslovakia.

Uni Soviet menag 3-0 atas Cekoslovakia untuk melangkah ke final. Sedangkan tuan rumah Perancis dipaksa menyerah 4-5 oleh Yugoslavia. Partai final pun menampilkan dua negara komunis, Uni Soviet dan Yugoslavia. Pada partai final Stadion Parc des Princes, 10 Juli 1960, Uni Soviet akhirnya tampil sebagai jaura Piala Eropa pertama, setelah mengalahkan Yugoslavia 2-1 melalui perpanjangan waktu.




Sedangkan Cekoslovakia menegaskan dominasi negara komunis setelah mengalahkan Perancis 2-0 dalam perebutan tempat ketiga.

baca juga.... Pencetak Gol Terbanyak EURO Cup Dari Masa Ke Masa atau Pemain Terbaik Piala Eropa Dari Masa Ke Masa

2. Spanyol (2) VS Uni Soviet (1) - 1964 (Italia)
Piala Eropa 1964 diikuti  29 tim sejak babak kualifikasi. Pertandingan dilaksanakan dengan sistem gugur dan tandang-kandang. Luksemburg mendapat bye, sehingga langsung lolos ke putaran kedua.
Sejak awal, tuan rumah Piala Eropa belum ditentukan. Penentuan baru akan dilakukan setelah ketahuan siapa saja yang masuk semifinal. Di edisi ini masih babak semifinal yang digelar di satu negara.
Denmark menjadi tim kejutan yang akhirnya sukses ke semifinal, setelah mengalahkan Luksemburg. tiga semifinalis lainnya adalah tim besar, yakni Uni Soviet, Spanyol, dan Hungaria. Spanyol kemudian dipilih sebagai tuan rumah.

Spanyol sukses ke final, setelah mengalahkan Hungaria 2-1 melalui perpanjangan waktu. Sedangkan Uni Soviet menghajar Denmark 3-0.

Spanyol dan Uni Soviet pun akhirnya bertemu di babak final yang digelar di Stadion Santiago Bernabeu. Pertarungan kedua tim cukup sengit. Di depan 79.000 penonton, kedua tim menerapkan permainan menyerang.

Spanyol unggul lebih dulu berkat gol Pereda pada menit ke-6. Tapi, Uni Soviet bereaksi keras. Hanya dua menit kemudian, mereka menyamakan kedudukan. Marcelino kemudian memastikan kemenangan Spanol 2-1 setelah mencetak gol pada menit ke-84.





3. Italia (2) VS Yugoslavia (0) - 1968 (Italia)
PUTARAN akhir Piala Eropa 1968 yang digelar di Italia ini masih mempertandingkan empat tim atau semifinal. Tuan rumah baru dipilih setelah peserta semifinal diketahui. Namun, kali ini banyak perubahan signifikan.

Perubahan pertama pada namanya. Sebelumnya, turnamen ini diberi nama European Nations' Cup. Mulai 1968 nama turnamen adalah European Championship.

Selain itu, format kompetisi juga mengalami perubahan. Babak kualifikasi dilakukan dalam dua tahap. Tahap penyisihan grup dan perempat final. Sistem pertandingan tetap menggunakan kandang-tandarng.
Pesertanya terdiri dari 31 tim. Mereka dibagi ke dalam 8 grup. Khusus grup 4 hanya diisi 3 tim. Juara grup akan tampil di babak perempat final.



Penyisihan grup dilakukan pada 1966 sampai 1968. Babak perempat final harus selesai pada 1968 untuk menentukan peserta semifinal. Jika sudah diketahui tim yang lolos ke semifinal, tuan rumah baru ditentukan.
Dalam babak penyisihan grup mulai diperkenalkan nilai hasil pertandingan. Kemenangan bernilai 2 poin, seri 1 poin, dan kalah tanpa poin. Saat itu belum ada penilaian gol tandang.

Babak semifinal akhirnya dihuni Italia yang sekaligus terpilih sebagai tuan rumah, Uni Soviet, Yugoslavia, dan Inggris. Italia mengalahkan Uni Soviet dalam adu penalti, setelah pertandingan berakhir 0-0. Sedangkan di semifinal lainnya, Yugoslavia mengalahkan Inggris 1-0.

Di final, Italia lawan Yugoslavia berakhir 1-1 setelah perpanjangan waktu. Sehingga, pertandingan ulangan dilakukan dua hari berikutnya. Italia akhirnya tampil sebagai juara setelah menang 2-0. Sedangkan Inggris merebut tempat ketiga setelah menang 2-0 atas Uni Soviet.


4. Jerman Barat (3) VS Uni Soviet (0) - 1972 (Belgia)
Uni Soviet untuk membuktikan tidak cocok untuk Jerman Barat di final Kejuaraan Eropa UEFA 1972, dengan mematikan senjata Gerd pelatih Helmut Schon's Müller membantu dirinya untuk dua gol lebih banyak di Brussels.

juara Eropa Italia runner-up di Piala Dunia FIFA 1970, tapi mereka jauh dari favorit untuk mempertahankan gelar Eropa mereka pada tahun 1972. Lebih jauh ke utara, pelatih Jerman Barat Helmut Schon adalah merakit banyak tim menganggap sebagai rahmat terbesar bagi kompetisi dan sisi terbaik yang pernah Jerman.

Menggambar elemen-elemen terbaik dari titans Bundesliga FC Bayern Muenchen dan VfL Borussia Mönchengladbach, schön dibuat sebuah lineup awesome. Franz Beckenbauer mundur untuk menjadi yang pertama dari penyapu menyerang besar; menyerang bek kiri Paul Breitner dan Uli Hoeness ke depan adalah penambahan muda hebat dan Günter Netzer dipanggil kembali untuk menambahkan bakat, kesombongan dan mengalir kunci pirang ke lapangan tengah.

Memimpin line, tentu saja, adalah ', Der Bomber "Gerd Müller sendiri. Sebuah finisher tertinggi, ia berada di puncak kekuasaan dan mencetak enam di kelompok kualifikasi sebagai Jerman Barat romped ke babak perempat final. Di sana mereka menghadapi saingan lama Inggris dan dikonfirmasikan kelas mereka dengan kemenangan 3-1 di Wembley, pertama mereka di stadion terkenal. Müller memberikan kontribusi salah satu tujuan dan kebuntuan 0-0 di leg kembali berarti Jerman Barat sampai acara utama.



Semi finalis lainnya-tampaknya tidak lebih dari pemain pembantu, dan meskipun Uni Soviet mencapai tahap terakhir untuk keempat kalinya berturut-turut dengan lain menang atas Yugoslavia di perempat final, mereka bukan tim yang mereka digunakan untuk menjadi. Demikian pula, tuan rumah Belgia kehilangan gelandang umum Wilfried Van Moer untuk patah kaki saat mereka marah pemegang Italia dan Hongaria membutuhkan play-off untuk mengalahkan Rumania, pihak mereka dicukur dari individu-individu yang menyilaukan tua.
keuntungan Depan gagal untuk melayani Belgia dengan cara yang sama itu membantu Spanyol dan Italia dalam dua edisi sebelumnya dan mimpi-mimpi mereka padam di Antwerp sebagai Müller menghantam dua kali untuk Jerman dalam kemenangan 2-1. Dengan itu, pekerjaan untuk menghentikan raksasa Jerman akhirnya jatuh ke tangan Soviet, yang bermata Hungaria masa lalu di Brussels courtesy dari upaya Konkov Anatoli. Sebelum dua kandidat judul bisa bertemu, meskipun, Belgia sndiri tempat di podium dengan melihat dari Hungaria 2-1 di tempat-ketiga play-off.

Final itu sendiri adalah persoalan sepihak, dengan Netzer dan Beckenbauer angkuh di lini tengah dan Müller membantu dirinya untuk brace lagi. Herbert Wimmer mencetak gol lain sebagai orang Jerman merayakan keberhasilan gemilang 3-0, masih merupakan margin kemenangan terbesar di final Kejuaraan Eropa UEFA. "Segala sesuatu bekerja," kenang Müller. "Kami punya harmoni yang baik dan saling memahami dengan sangat baik. Itu juga berlaku untuk ketika kami berada di lapangan Anda tidak dapat meminta lebih banyak.." Fondasi telah diletakkan untuk Jerman Barat sukses Piala Dunia FIFA dua tahun kemudian.


5. Cekoslowakia (2) VS Jerman Barat (2),Penalti (5-4) - 1976 (Yugoslavia)
 FINAL Piala Eropa 1976 yang mempertemukan Cekoslovakia dan Jerman Barat dianggap sebagai final terbaik sepanjang sejarah penyelenggaraan Piala Eropa (saat itu). Sebab, partai pamungkas tersebut mempertontonkan sepak bola menyerang, semangat pantang menyerah, serta ketegangan dalam drama adu penalti. Ini juga melahirkan kejutan besar.

Kejuaraan sepak bola antarnegara Eropa kelima ini menjadi turnamen terakhir dengan format empat besar. Namun, sebelumnya tetap diikuti babak kualifikasi. Sebanyak 32 negara ikut serta yang dibagi dalam 8 grup. Juara akan masuk perempat final yang juga memakai sistem kandang tandang. Pada waktu itu, kemenangan masih diberi nilai 2. Pemenang di perempat final itulah yang kemudian lolos ke putaran final di Yugoslavia alias semifinal.

Empat tim yang mengikuti putaran final adalah Cekoslovakia, Belanda, Jerman Barat, dan Yugoslavia. Putaran ini dipuji memiliki kualitas tinggi karena pertandingan harus berakhir dengan babak perpanjangan waktu.

Jalan Cekoslowakia untuk tampil sebagai juara tidak mudah. Di pertandingan pertama, mereka harus bertemu Belanda di Zagreb. Di atas kertas, Belanda yang memiliki pemain bintang seperti Johan Cruyff jelas lebih diunggulkan. Apalagi, dua tahun sebelumnya mereka tampil cemerlang di Piala Dunia. Meski kalah di final oleh Jerman Barat, namun Belanda dianggap membawa gaya sepak bola baru, total football, yang ditakuti banyak tim. Namun, faktanya Cekoslovakia membuat kejutkan dengan menekuk Belanda 3-1 dan lolos ke final.

Keberhasilan Antonin Panenka dan kawan-kawan tidak terlepas dari cara mereka meminimalisasi peran Cruyff dan Wim van Hanegem yang menjadi tumpuan Belanda. Dengan cara itu, Cekoslowakia mampu unggul terlebih dulu berkat gol yang diciptakan Anton Ondrus pada pertengahan babak pertama. Ondrus berhasil menjebol gawang Belanda setelah memaksimalkan umpan tendangan bebas Antonin Panenka.
Cekoslowakia harus bermain sepuluh orang setelah Jaroslav Pollak diberi kartu merah pada babak kedua. Sialnya lagi, Cekoslowakia harus kebobolan oleh gol bunuh diri Ondrus pada menit ke-77.
Kedudukan imbang membuat pertandingan memanas. Belanda pun terpaksa bermain sepuluh orang setelah Johan Neeskens mendapatkan kartu merah sebelum memasuki perpanjangan waktu.
Ambisi Belanda untuk meraih kemenangan semakin sulit setelah Van Hanegem  mendapatkan kartu merah. Cekoslovakia pun akhirnya berhasil menundukkan Belanda berkat dua gol tambahan yang diciptakan Frantisek Vesely dan Veseley.

Pertandingan semifinal lainnya antara Jerman Barat melawan Yugoslavia tak kalah seru. Belgrade nyaris menjadi kuburan bagi sang juara bertahan Jerman Barat setelah tertinggal 0-2 pada babak pertama. Namun, pelatih Helmut Schoen menolak menyerah dan memasukkan dua pemain pengganti yang mengubah hasil pertandingan. Heinz Flohe dan Dieter Mueller mencetak gol balasan sehingga Jerman Barat berhasil memaksa Yugoslavia bermain dalam babak perpanjangan waktu.

Jerman Barat perlu berterima kasih kepada Mueller. Dia mencetak dua gol untuk melengkapi torehan hat-trick sehingga Jerman Barat meraih kemenangan 4-2.

Di babak final, Cekoslovakia tampil sangat impresif. Betapa tidak, Cekoslovakia hanya membutuhkan delapan menit untuk membobol gawang Jerman Barat yang tampil sebagai juara bertahan. Jan Svehlik berhasil menaklukkan Sepp Maier. Gol yang diciptakan Svehlik tercatat sebagai gol tercepat di ajang ini. Karol Dobias kemudian menggandakan keunggulan Cekoslovakia pada menit ke-26.

Jerman Barat bangkit. Mueller membalas melalui gol tendangan voli akrobatik. Akhirnya, Jerman Barat menyamakan kedudukan setelah Bernd Holzenbein mencetak gol pada menit ke-69.

Kedua tim terpaksa harus melakoni babak adu penalti setelah tidak ada gol yang tercipta pada babak tambahan. Sebagai catatan, ini merupakan final pertama Piala Eropa yang harus ditentukan melalui adu penalti.

Drama adu penalti ini menyajikan ketagangan luar biasa. Ketagangan muncul saat penendang keempat dari Jerman Barat, Uli Hoeness, gagal mengeksekusi penalti. Antonin Panenka yang menjadi penembak penalti kelima berhasil mengantarkan Cekoslovakia juara.



Penalti yang dieksekusi Panenka menjadi bahan pembicaraan. Meski dilanda tekanan karena eksekusinya sangat berpengaruh pada hasil pertandingan, Panenka dengan sangat tenang mengecoh Sepp Maier. Melihat sang kiper akan bergerak ke kiri, Panenka mencungkil bola ke arah tengah, posisi awal Maier.

Paneka mengakui berlatih eksekusi tersebut bersama kiper Zdenek Hruska yang merupakan rekan setimnya di Bohemians Prague. "Saya memutuskan lebih mudah berpura-pura menembak bola, kemudian mencungkil bola ke tengah gawang. Saya melakukannya saat berlatih dan berhasil."

Cekoslowakia pun membuat kejutan besar. Tim yang sebelumnya tak diperhitungkan, justru menyingkirkan dua raksasa dunia saat itu, Belanda dan Jerman, untuk menjadi juara. Saat itu, Jerman dan Belanda merupakan klub raksasa Eropa, bahkan dunia. Mereka memiliki bintang-bintang fenomenal dan permainan yang dahsyat.

6. Jerman Barat (2) VS Belgia (1) - 1980 (Italia)
Keberhasilan UEFA Kejuaraan Eropa 1976 makan suara gemuruh untuk lebih banyak tempat di turnamen akhir, dan UEFA menanggapinya dengan dua kali lipat jumlah peserta kompetisi kembali ke Italia untuk kedua kalinya.

Dengan delapan tim sekarang terlibat, bukan empat, para kandidat dibagi menjadi dua kelompok, dari mana pemenang untuk maju langsung ke final. Di lain perubahan prosedur, salah satu dari delapan tempat masuk secara otomatis ke host Vincenzo Bearzot, tapi tanpa ditangguhkan striker Paolo Rossi mereka menghadapi perjuangan berat di bagian juga menampilkan Inggris, Belgia dan Spanyol.

Jika kecil itu diharapkan dari Spanyol, Inggris telah menyerbu melalui kualifikasi dan memiliki striker kelas dunia pada tahun 1978 dan 1979 pemain terbaik Eropa Tahun, Kevin Keegan. Hamburger SV as tidak dapat menemukan sasaran, namun, dan setelah membuka dengan hasil imbang 1-1 melawan Belgia, ambisi Inggris menguap dengan kerugian 1-0 untuk Italia. Italia telah dimulai dengan hasil imbang tanpa gol melawan Spanyol, dan mereka juga jatuh setelah ditahan ke scoreline sama oleh Belgia, yang tiba-tiba melalui berkat pertama mereka akhir utama pasukan baik dan pembinaan yang sangat baik dari Guy Thys.

Di bagian lain dari menarik, Jerman Barat voyaged selatan dengan tim direvitalisasi didorong oleh Karl-Heinz Rummenigge dan 20 tahun Bernd Schuster. Seorang playmaker dalam cetakan Günter Netzer, Schuster punya beberapa sama dengan di dunia sepakbola pada saat itu. "Saya tidak berpikir yang pernah saya lihat seperti pemain yang sempurna," puji rekan satu timnya Horst Hrubesch. "Bernd adalah pemain yang luar biasa dalam tim la terhubung semuanya.."



Jerman mulai dengan mendapatkan balas dendam pada Cekoslovakia, yang mengalahkan mereka di tahun 1976 akhir, dan memastikan dari dermaga di final dengan sukses sama-sama memuaskan 3-2 melawan saingan Belanda. Dua gol Belanda terlambat hampir dibatalkan hat-trick dari Klaus Allofs, tapi sisi Jupp Derwall yang diadakan pada sebelum menyelesaikan fase grup dengan menggambar 0-0 dengan Yunani.
Tanpa-semi final di bawah format baru, yang cocok berikutnya membawa bersama Italia dan Ceko untuk menentukan tempat ketiga. Itu adalah pemegang yang menang, menegaskan kembali hukuman mereka kekuatan tembak-out setelah kontes mengecewakan berakhir 1-1. Itu terbukti terakhir kali tempat-ketiga play-off yang pernah diadakan.

Untungnya, final itu sendiri disediakan hiburan yang lebih banyak meskipun Jerman-naksir mengambil memimpin awal ketika Hrubesch dipecat rumah setelah sepuluh menit. Kedua-tekanan setengah mengakibatkan hukuman untuk Belgia, René Vandereycken yang dikirim, tetapi seperti pada tahun 1976 Jerman mencetak gol malam - dan kali ini pemenangnya. Hrubesch, yang hanya di sisi karena patah kaki Klaus Fischer, adalah pahlawan lagi saat ia berjalan di sudut Rummenigge untuk merebut kembali mahkota Eropa. 


7. Perancis (2) VS Spanyol (0) - 1984 (Perancis)
 Masa Depan Presiden UEFA Michel Platini adalah bintang dari UEFA Kejuaraan Eropa 1984, mencetak gol pembuka di final menang 2-0 Perancis melawan Spanyol untuk mengambil totalnya terhadap sembilan gol untuk final.

Dua minggu yang gemilang membuat sepak bola UEFA Piala Eropa 1984 yang terbaik lagi, dan sebagian besar bakat di layar milik penghuni flamboyan.

Prancis telah bersinar perjalanan menuju Piala Dunia 1982 FIFA semi-final dan dua tahun dalam tim Michel Hidalgo bahkan tampak lebih siap. Baru kiper Joel Bats ditambah kemampuan kelas dunia antara posting sementara Luis Fernandez ditimbang dalam dengan tackles di lini tengah, bergabung dengan trio kreatif Michel Platini, Alain Giresse dan Jean Tigana untuk membentuk "Le Carré Magique" - alun-alun sihir.
Tidak dapat memiliki kuartet lini tengah menjadi lebih berbakat di sepakbola dunia pada waktu dan Platini, khususnya, adalah permata yang langka. Elegan, cerdas, nakal dan pencinta kesempatan besar, bintang Juventus juga membual catatan skor yang luar biasa. Dia memasuki turnamen sebagai top-gol di Serie A selama dua musim terakhir dan serangan itu akan membuktikan penting dengan sisi yang telah gagal untuk menghasilkan pencetak gol reguler sejak Just Fontaine.



Platini memberikan kontribusi satu-satunya gol di hari pembukaan Perancis menang 1-0 atas Denmark dan ia mengikuti dengan topi-trik melawan Belgia dan Yugoslavia sebagai Les Bleus berlari keluar 5-0 dan 3-2 atas pemenang Grup 1. Di belakang mereka, Denmark juara kedua, dan dengan semifinal kembali agenda singkat setelah ketidakhadiran mereka pada tahun 1980, pasukan berhasil menampilkan pemain seperti Preben Elkjær dan Morten dan Jesper Olsen bisa berharap untuk suatu konfrontasi terakhir-empat di Lyon.
Di sana mereka akan mengambil 2 pemenang Grup Spanyol, yang menarik dicatat 1-1 dengan Rumania dan Portugal sebelum Antonio Maceda Frances memberi mereka napas terakhir-menang atas Jerman Barat. Yang mengirim Jerman jatuh keluar dan membiarkan Portugal untuk merebut tempat kedua dan terakhir pertemuan empat menakutkan dengan host di Marseille. Spanyol maju ke final dengan mengatasi Denmark adu penalti, tapi turnamen itu milik Prancis dan Platini. Dalam epik semi-final, terpaksa Jordão waktu ekstra untuk Portugal dan sensasional memberi mereka unggul 2-1 setelah 98 menit. Les Bleus Namun, menolak untuk wajah kekalahan dan menyamakan kedudukan melalui Jean-François Domergue sebelum Tigana tee up Platini menyerang pemenang terlupakan menit dari waktu.

Jika harapan bangsa tampaknya cacat Perancis di babak pertama final di des Parc baru Princes, mereka berbakat terobosan ketika Platini itu 57 menit free kick menggeliat di bawah kiper Spanyol Luis Arconada untuk tujuan kesembilan di lima pertandingan. Perancis kemudian harus Yvon Le Roux dikirim, tetapi mereka menyelesaikan tugas mereka ketika Bruno Bellone mencetak terlambat untuk menyelesaikan sebuah kemenangan 2-0 dan klaim piala besar pertama. "Itu adalah sukacita yang besar untuk menjadi juara," jelas Platini. "Untuk melakukan itu di depan fans kami sendiri adalah icing pada kue."


8. Belanda (2) VS Uni Soviet (0) - 1988 (Jerman Barat)
Belanda memenangi gelar pertama mereka berkat gol-gol Ruud Gullit dan Van Basten serta penyelamatan penalti Hans van Breukelen.

Didukung fans yang meng-oranye-kan Olympiastadion, Munich, Belanda berhasil mematahkan trauma yang menghantui mereka pada 1974. Final dimainkan di tempat yang sama ketika Johan Cruyff dkk lolos ke babak puncak Piala Dunia. Kali ini, Michels tersenyum berkat penampilan gemilang Gullit, Frank Rijkaard, dan Van Basten.



Pada menit ke-32, umpan silang Erwin Koeman diteruskan Van Basten dengan sundulan ke arah Gullit, yang langsung melepaskan sundulan bertenaga untuk menaklukkan Rinat Dassayev.


Delapan menit setelah jeda, umpan silang Arnold Muhren ke tiang jauh disambut tendangan voli spektakuler Van Basten. Dassayev tak berdaya menghadang laju bola dari sudut sempit itu.


Tertinggal dua gol, Soviet bangkit membalas. Tiga menit berselang, tendangan Igor Belanov menghantam tiang dan Van Breukelen menyebabkan penalti. Namun, sang kiper mengobati kesalahannya dengan membendung eksekusi Belanov. Belanda pun mempertahankan keunggulan 2-0 hingga usai.



9. Denmark (2) VS Jerman (0) - 1992 (Swedia)
Denmark, Dinamit yang meledak, meluluhlantakkan para unggulan juara Piala Eropa. MEngubur mimpi Jerman untuk kembali berjaya.

Diundang untuk menggantikan Yugoslavia pada menit terakhir, Denmark baru saja dua minggu untuk mempersiapkan untuk EURO '92, tapi orang Richard Moller-Nielsen sukses luar biasa, mengalahkan Jerman 2-0 di final.



Piala Eropa 1992 mungkin belum bulan terbaik untuk dapur dekorasi, tetapi sarat dengan kenangan untuk romantis sepakbola di mana-mana. Setelah gagal untuk memenuhi syarat, Denmark diundang untuk menggantikan Yugoslavia di menit terakhir, dan mereka dengan senang hati membuang musim panas mereka berencana untuk menjadi juara tidak mungkin Eropa.

"Seharusnya aku dimasukkan ke dalam dapur baru tapi kemudian kami dipanggil untuk bermain di Swedia," kenang pelatih Denmark Richard Moller-Nielsen lama setelah kemenangan mereka. "Dapur selesai sekarang aku punya dekorator profesional melakukannya.." Meskipun jelas profesional di domain sendiri, ada appealingly bobrok merasa tentang sisi Denmark, dan sama sekali mereka baru saja dua minggu untuk mempersiapkan setelah Yugoslavia dilarang karena krisis Balkan berkembang.

Dalam pukulan lebih lanjut untuk prospek mereka, cemerlang playmaker Michael Laudrup memutuskan untuk tidak mengambil bagian, sehingga tidak mengherankan ketika mereka mulai dengan menggambar dengan cekatan tim Inggris 0-0. Juga tidak ada guncangan ketika mereka kalah 1-0 untuk tuan rumah Swedia mereka, yang diberi menyerang nyata dengan semangat pendatang baru Tomas Brolin dan Martin Dahlin. Apa yang lebih dari tempat itu kemenangan 2-1 atas Perancis Michel Platini yang dalam mereka terakhir Grup 1 tamasya yang diterima mereka dermaga semi final sebagai runner-up ke Swedia.
Jika perubahan berembus di benua itu terpengaruh Kelompok 1, mereka juga dirasakan di Grup 2, di mana Jerman menerjunkan tim terpadu untuk pertama dan Uni Soviet dibubarkan sekarang-bersaing sebagai Commonwealth of Independent States (CIS). Pemegang Belanda keluar di atas, bagaimanapun, dengan menarik striker Dennis Bergkamp muda membuat perbedaan terhadap CIS sebelum mencetak gol di mereka menang 3-1 atas Jerman kedua ditempatkan.

Bergkamp juga menemukan target untuk Belanda di semifinal, namun dengan Henrik Larsen mencolok dua kali untuk Denmark butuh equaliser Frank Rijkaard akhir untuk membawa pertandingan ke perpanjangan waktu. Dan tanpa gol lebih terbuka, riang ditembak-stopper Peter Schmeichel ditambahkan ke buzz-nya sekitar menampilkan pahlawan dengan menyangkal 1988 Marco van Basten dalam tembak-menembak, rendah menyelam ke kiri untuk melontarkan Denmark ke final.

pria Moller-Nielsen jauh dari selesai di sana. Menghadapi Jerman Berti Vogts di Gothenburg setelah Karlheinz Riedle's brace telah dieliminasi Swedia 3-2, mereka tercengang menyaksikan dunia ketika John Jensen melaju di setelah 18 menit. Tujuan adalah langka untuk gelandang, tapi ini bukan turnamen biasa dan Kim Vilfort selesai dongeng dengan menambahkan kedua. Cobalah sebagai Jerman mungkin untuk memukul kembali, sebuah Schmeichel terinspirasi terus segala sesuatu yang dilemparkan padanya - termasuk wastafel dapur


10. Jerman (2) VS Rep.Ceko (1) - 1996 (Inggris)
 Peraturan baru berupa golden goal atau gol emas diterapkan di Piala Eropa 1996. Ini menjadi berkah bagi Jerman. Mereka akhirnya juara berkat gol emas Oliver Bierhoff pada menit ke-95 yang membuat Jerman menang 2-1. Sebelumnya, dalam 90 menit kedua tim bermain imbang 1-1.

Gelar ini semakin mengukuhkan Jerman sebagai negara terbaik di Eropa dengan torehan tiga gelar. Dua piala sebelumnya mereka raih pada tahun 1972 dan 1980.

Sebaliknya, gol emas menjadi petaka buat Republik Ceko yang menjadi lawan Jerman di final. Karena gol emas Bierhoff itu, segalanya menjadi selesai, meski perpanjangan waktu baru berlangsung 5 menit.
Gol emas untuk menentukan pemenang di masa perpanjangan waktu, jika kedua tim tetap bermain imbang dalam 90 menit. Begitu ada yang mencetak gol, tim yang mencetak gol langsung menjadi pemenangnya dan pertandingan berhenti, meski perpanjangan waktu belum mencapai dua kali 15 menit. Sebab itu, gol emas juga disebut sudden death.



Banyak fakta menarik yang muncul di Piala Eropa 1996, selain gol emas. Inggris untuk pertama kalinya menyelenggarakan pagelaran terbesar negara-negara Eropa ini.

Selain itu, untuk pertama kalinya putaran final Piala Eropa diikuti 16 tim dan terbagi menjadi empat grup. Sebelumnya, Piala Eropa hanya diikuti oleh delapan tim dan hanya terbagi menjadi dua grup saja. Membludaknya peserta Piala Eropa 1996 ini tak lepas dari pecahnya Cekoslowakia (menjadi Republik Ceko dan Slovakia) pada tahun 1993 serta terpecahnya Yugoslavia dan Uni Soviet.
Perubahan lain adalah sebutan dari Piala Eropa. Jika sebelumnya Uni Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) mengunakan sebutan UEFA European Championship untuk kompetisi empat tahunan ini, di tahun 1996 UEFA menggantinya dengan sebutan Euro.

Di balik keperkasaan Jerman dan beberapa fakta baru lainnya, kejutan dari Republik Ceko juga layak untuk diperbincangkan. Tak masuk dalam kategori favorit, Rep. Ceko justru mampu tampil hingga partai puncak. Padahal, ini merupakan penampilan perdana mereka di Piala Eropa sejak Cekoslowakia terpecah.
Kemilau Rep. Ceko sudah terlihat sejak babak penyisihan grup. Tergabung bersama Jerman, Italia, dan Rusia di Grup C, Jiri Nemec dkk tampil brilian dengan memaksa Italia harus angkat koper lebih dulu.
Portugal menjadi korban Rep. Ceko selanjutnya. Berhadapan di perempat final, Portugal dipaksa tunduk dengan skor tipis 1-0. Kegemilangan negara pecahan Cekoslowakia tersebut berlanjut dalam laga semifinal. Mereka mampu menyingkirkan Perancis lewat babak adu penalti. Rep. Ceko hampir saja mencatatkan sejarah jika tak kalah tipis 1-2 dari Jerman di partai puncak, sebab mereka unggul lebih dulu.
Jerman akhirnya menyamakan kedudukan dan memaksa dilakukan perpanjangan waktu. Di situlah Jerman mengambil keuntungan peraturan gol emas dan tampil sebagai juara. Di situ pula Rep. Ceko tertimpa petaka karena gol emas mengakhiri perjuangan mereka untuk mengulang sukses juara seperti saat mereka masih bersatu dalam negar Cekoslovakia pada 1976.

11. Perancis (2) VS Italia (1) - 2000 (Belgia/Belanda)
Italia hampir saja meraih gelar juara, tetapi genggaman itu lepas berkat gol menit terakhir Prancis. Pada babak perpanjangan waktu, Prancis berhasil menang dramatis sehingga merebut gelar Euro untuk kali kedua sepanjang sejarah.

Roger Lemerre dan Dino Zoff mengubah susunan tim inti mereka untuk final. Youri Djorkaeff dan Christophe Dugarry dipasang sejak awal, sementara Marco Delvecchio mengisi posisi Filippo Inzaghi.
Menit 55, Italia memimpin setelah umpan silang Gianluca Pessotto disambar Delvecchio dari sudut sempit. Alessandro del Piero hampir menambah keunggulan beberapa menit kemudian, sementara Toldo berhasil membendung setiap gempuran Prancis.


Lemerre kemudian memasukkan David Trezeguet untuk menambah daya gedor Prancis. Saat Italia sudah bersiap merayakan kemenangan di pinggir lapangan, Sylvain Wiltord membuyarkan keunggulan dengan hitungan detik sebelum waktu normal berakhir.




Memasuki perpanjangan waktu, perjuangan Prancis membuahkan hasil pada menit ke-103. Umpan silang Robert Pires dituntaskan tendangan keras Trezeguet untuk menghasilkan gol emas yang membuahkan gelar juara bagi Les Bleus.


12. Yunani (1) VS Portugal (1) - 2004 (Portugal)
Final Euro 2004 menampilkan Portugal dan Yunani, dua tim yang baru kali pertama menembus babak puncak kejuaraan antarnegara Eropa ini. Selain itu, untuk kali pertama turnamen dibuka dan ditutup dengan pertandingan yang sama.

Jika Portugal memang sudah diprediksi tampil di laga puncak karena berstatus sebagai tuan rumah, tidak demikian halnya dengan Yunani. Datang sebagai tim yang tidak pernah menang di turnamen besar yang pernah mereka ikuti, Piala Eropa 1980 dan Piala Dunia 1994, Yunani diremehkan.


Namun, pasukan Otto Rehhagel ini tampil dengan kekompakan luar biasa dengan disiplin yang kuat di lini pertahanan. Yunani mengandalkan serangan balik dan terbukti sejumlah tim pun berhasil mereka kalahkan.
Seperti sudah diterka, Portugal mendominasi awal pertandingan dan menghujani pertahanan Yunani dengan serangan demi serangan. Namun, "bajak laut" Yunani pun tampil perkasa dan mampu membendung setiap ancaman yang dilancarkan tuan rumah.




Rasa frustrasi tuan rumah kian memuncak pada menit ke-57. Angelos Charisteas menyambar tendangan penjuru Angelos Basinas untuk membawa Yunani unggul. Portugal kian bernafsu menyerang, sekaligus panik. Sisa pertandingan ditambah lima menit injury time tidak mampu dimanfaatkan Luis Figo, Cristiano Ronaldo, Rui Costa dkk untuk menyamakan kedudukan.

Untuk kali pertama sepanjang sejarah turnamen, tuan rumah yang tampil di final gagal menjadi juara. Namun, cerita sesungguhnya adalah dongeng Yunani, tim yang dipandang sebelah mata, menjadi raja sepakbola Eropa.
 

13. Spanyol (1) VS Jerman (0) - 2008 (Austria/Swiss)
Spanyol menjadi juara Eropa untuk kali pertama sejak 1964 berkat gol tunggal Fernando Torres ke gawang Jerman pada laga final yang menghibur di Wina.



Jerman berjuang mencari gelar keempat mereka di Euro, tetapi kapten Michael Ballack mengalami masalah betus. Sementara, Spanyol tampil tanpa diperkuat striker David Villa, topskor turnamen, karena cedera paha. Posisi Villa ditempati Cesc Fabregas, yang tampil gemilang di semi-final.


Jerman awalnya mendominasi, tetapi kemudian Spanyol memberikan ancaman. Jens Lehmann secara refleks menyelamatkan umpan silang Andres Iniesta yang berbelok karena membentur Christoph Metzelder. Lehmann menjadi pemain tertua yang tampil di final Kejuaraan Eropa dengan usia 38 tahun.
Torres memecahkan kebuntuan pada menit ke-33. Umpan akurat Xavi memecah lini pertahanan Jerman. Torres berhasil mengungguli Lahm untuk berlari dan mencungkil bola melewati Lehmann yang maju menghadang.


Spanyol meraih peluang menggandakan keunggulan melalui sejumlah peluang, tetapi Jerman juga nyaris menyamakan kedudukan ketika Marcell Jansen dan Bastian Schweinsteiger bekerja sama memberikan kesempatan kepada Ballack untuk melepaskan tembakan yang meleset tipis.
Spanyol mempertahankan keunggulan sampai akhir pertandingan. Skor 1-0 cukup bagi Spanyol untuk menancapkan kuku mereka di sepakbola Eropa dan dunia. (source : visiteris.blogspot.com)


Suka Artikel Ini? Silahkan Share di Media Sosial Anda :)

Tag : EURO 2012
Back To Top